Emas: Investasi Terpenting, Sesudah Suami/Istri & Anak Shalih/ah
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran 3 : 14) Sudah ada kesepakatan bahwa emas adalah logam mulia yang dipersepsikan bernilai di seluruh dunia. Nilainya tidak berubah dari dahulu hingga sekarang. Emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia.
Emas juga mempunyai manfaat emosional untuk dinikmati keindahannya. Nilai keindahannya berpadu dengan harganya yang menarik sehingga jadilah emas sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, dan emas telah menjadi simbol status diberbagai sub kultur masyarakat Indonesia.
Dari Kaunee.com, sumber aslinya dari sini tapi kalau disearch kok ga ketemu ya?
Gimana? tertarik
Memang bukan mental pengusaha
Saya dan Dinda punya cita-cita untuk punya Ruko. Iya, rumah toko, untuk jualan. Jadi ceritanya nanti kita berdua ingin jadi pengusaha. Planningnya realistiknya sih 4-5 tahun lagi setelah punya cukup tabungan, bakalan DP untuk beli Ruko. Lokasinya ga jauh-jauhlah, rencananya deket-deket Bintaro aja. Trus nanti mau bisnis apa? Ah gampang, pokoknya ada tempat dulu, sejelek-jeleknya kan bisa dikontrakin. Kan kita mungkin masih full time bekerja sebagai karyawan.
Begitu kira-kira perencanaan kami berdua yang senantiasa kami ceritakan kemana-mana, baik saat dirumah orang tua, ngobrol santai dengan teman-teman kampus ataupun saat lagi leyeh-leyeh dirumah. Saya sendiri juga seringkali mendiskusikan ide ini dengan banyak teman-teman. Pendeknya analisanya sudah canggih deh, serealistis dan sefeasible mungkin.
Sampai suatu ketika “Nduk, coba lihat di Metro TV, lagi mbahas Blok M Square tuh” Ibunya Dinda sabtu pagi tadi menelpon. “Di cek tuh, berapa harganya, coba juga survey kesana”
Tung, saya pun tersadar. Ternyata ada perbedaan prinsip yang sangat besar antara pengusaha dan karyawan (professional atau apapun namanya). Kalau saya untuk mencapai suatu tujuan, selalu berpikir step by stepnya, tapi kalau pengusaha selalu berpikir membaca kesempatan (opportunity).
Spanduk Blok M Square di Gandaria itu setiap hari selalu kami lihat, karena itu jalur menuju ke kantor. Tapi tidak pernah terbersit sedikitpun untuk bertanya. Mungkin memang kami masih jauh untuk punya mental sebagai pengusaha ya.