Anda Pecinta Seni Beladiri? Takdir Sudah Menentukan Demikian!!

Yang Mana Bela Dirimu..??? PENCAK SILAT [Image: silatjugarf2.jpg] KARATE [Image: karate051515ss8.jpg] JUDO [Image: judofr0.jpg] TAE KWON DO [Image: taekwondowq4.jpg]
AIKIDO [Image: aikidodr0.png] JIU-JITSU [Image: jiujitsu4ir3.jpg] CAPOIERA [Image: capoiera2pa3.jpg] TAE BOXING/MUAI THAI KICK [Image: muaythaikicks1fq7.jpg]
TINJU [Image: boxing7507wideweb470x41eg0.jpg] SUMO [Image: sumomatchew0.jpg] GULAT [Image: wrestlingbn6.jpg] TARUNG DRAJAT [Image: tarungtelakmn7.jpg]
Yang Mana Bela Dirimu..??? - elang biru - 6 Jun 2008 16:38 WUSHU [Image: wushudc0.jpg] KENDO [Image: kendoow6.jpg] KUNGFU [Image: kungfugu4.jpg] THIFAN (My fave) [Image: thifanjc9.jpg] FBI Forum Bebas Indonesia http://www.forumbebas.com

Kansha Klub Aikido Putra

Kansha Klub Aikido Putra
Dojo ini memiliki ciri yang sangat spesifik, yaitu hanya menerima anggota putra.
Sebelumnya pernah dibuka juga kelas putri, namun karena ada masalah di kepelatihan, maka kelas ini untuk sementara divakumkan menunggu perkembangan berikutnya.
Dojo yang terletak di Jogokaryan dekat Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak ini banyak dihuni oleh para aktifis yang mempunyai jam terbang organisasi yang rata-rata tinggi. Karenanya tak heran mereka berhasil menembus instansi resmi untuk mendapatkan bantuan dari Pemda Kota Yogyakarta.
Saat ini Dojo Kansha dilatih oleh Sensei Jatmiko (dan-1), seorang yang egaliter, suka bercanda, terbuka sehingga mempunyai perbendaharaan teknik yang beragam.
pelatih Winasis Jatmiko, S.T. (Dan-1) jadwal latihan Sen/Jum, 19.30-21.30 alamat dojo Aula Bani Amat Rejo Jl. Cuwiri Jogokaryan Yogyakarta contact person (0274) 7173033 (Arif) (0274) 7886115 (Wahyu)
http://aikidojogja.com

Kritik dan Saran

SMS ke: 0812-15- TEGUH
83484
Telp ke:
0274-6-JUWONO 5 8 9 666

email ke:
aikiteguh@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it

History of Aikido

History of Aikido

Aikido was created by Morihei Ueshiba (植芝 盛平 Ueshiba Morihei, 14 December 1883–26 April 1969), referred to by some aikido practitioners as Ōsensei (”Great Teacher”).[12] Ueshiba envisioned aikido not only as the synthesis of his martial training, but also an expression of his personal philosophy of universal peace and reconciliation. During Ueshiba’s lifetime and continuing today, aikido has evolved from the koryū[3] (old-style martial arts) that Ueshiba studied into a wide variety of expressions by martial artists throughout the world.

[edit] Initial development

Takeda Sokaku

Ueshiba developed aikido primarily during the late 1920s through the 1930s through the synthesis of the older martial arts that he had studied.[13] The core martial art from which aikido derives is Daitō-ryū aiki-jūjutsu, which Ueshiba studied directly with Takeda Sokaku, the reviver of that art. Additionally, Ueshiba is known to have studied Tenjin Shin’yō-ryū with Tozawa Tokusaburō in Tokyo in 1901, Gotōha Yagyū Shingan-ryū under Nakai Masakatsu in Sakai from 1903 to 1908, and judo with Kiyoichi Takagi (高木 喜代子 Takagi Kiyoichi, 1894–1972) in Tanabe in 1911.[14]

The art of Daitō-ryū is the primary technical influence on aikido. Along with empty-handed throwing and joint-locking techniques, Ueshiba incorporated training movements with weapons, such as those for the spear (yari), short staff (), and perhaps the bayonet (銃剣 jūken?). However, aikido derives much of its technical structure from the art of swordsmanship (kenjutsu).[2]

Ueshiba moved to Hokkaidō in 1912, and began studying under Takeda Sokaku in 1915. His official association with Daitō-ryū continued until 1937.[13] However, during the latter part of that period, Ueshiba had already begun to distance himself from Takeda and the Daitō-ryū. At that time Ueshiba was referring to his martial art as “Aiki Budō”. It is unclear exactly when Ueshiba began using the name “aikido”, but it became the official name of the art in 1942 when the Greater Japan Martial Virtue Society (Dai Nippon Butoku Kai) was engaged in a government sponsored reorganization and centralization of Japanese martial arts.[3]

http://en.wikipedia.org/wiki/Aikido

AIIKIDO UNTUK AKHWAT, BISAKAH?

AIIKIDO UNTUK AKHWAT, BISAKAH?

December 2nd, 2008

Cukup banyak akhwat, ikhwan maupun ustadz yang meminta saya maupun teman-teman, -baik secara langsung maupun melalui sms, email, maupun testimony di friendster- untuk mendirikan kelas aikido khusus akhwat. Sepanjang yang saya ketahui, sudah ada beberapa klub beladiri khusus akhwat, seperti JSD (Jogja Self Defence) yang dimotori Akhi Nanang, Ukhti Muthia, dll. Di Malang juga ada karate khusus putri.

Memang disadari akhwat membutuhkan privasi dalam mempelajari beladiri. Dalam kelas umum, -putra-putri-, sangat sering akhwat maupun ikhwan berpasangan dalam latihan. Padahal dalam beladiri dapat dipastikan bersentuhan secara fisik, antar anggota tubuh. Dalam kelas beladiri yang jumlah akhwatnya sedikit, akhwat tak kuasa menolak untuk tidak berpasangan dengan putra (lawan jenisnya). Tak jarang pula jurus-jurus yang digunakan membuat akhwat terganggu privasinya, seperti tendangan, loncat, berguling, dll.

Ada juga poin penting yang dilupakan akhwat dalam belajar beladiri, yakni harus disesuaikan dengan fitrahnya. Sudah fitrahnya, akhwat tubuhnya lebih kecil dibanding ikhwan serta tenaga lebih lemah. Akhwat juga kurang leluasa bergerak karena ada halangan jilbab, terutama rok panjang yang dipakainya, walaupun ini bisa disiasati dengan membuat resluiting di samping. Tetapi tetap saja dalam pandangan umum, akhwat kurang baik dan kurang sopan jika bergerak “jumpalitan”, tidak enak dipandang mata, kurang sesuai dengan fitrah akhwat yang penuh kelembutan.

Dalam belajar ilmu beladiri, fisik akhwat akan sulit untuk dilatih menjadi keras seperti ikhwan. Sungguh saya sangat miris, melihat akhwat belajar mengangkat beban/barbell yang berat, push-up, latihan memukul pasir dalam latihan beladirinya. Bagi saya pribadi sungguh tidak nyaman ada akhwat tangannya berotot seperti binaraga, kepalannya banyak “tanda” akibat sering push-up, dll. Alhamdulillah istri saya tidak termasuk, he..he..:-)

Saya ada teman di rumah yang pernah menjadi juara tinju tingkat lokal. Tubuhnya tahan pukul. Saya tidak dapat membayangkan seandainya dia ini menjadi penjahat dan melakukan kejahatan terhadap perempuan. Karena dipukul oleh laki-laki saja dia tahan, apalagi oleh tenaga perempuan. Afwan, ini bukan merendahkan perempuan atau akhwat. Ini sebuah realita, bahwa cukup banyak preman-preman yang memiliki fisik seperti teman petinju ini, tahan pukul. Harus dicari suatu cara agar akhwat dapat melumpuhkan preman. Suatu cara dengan tenaga kecil, lembut, tetapi efektif.

Saya pernah membuat tulisan untuk website remaja masjid Yogyakarta (www.fsrmy.net) yang mengulas beberapa beladiri yang mungkin cocok untuk akhwat, baik fisiknya maupun jurusnya tidak bertentangan dengan fitrahnya. Ada tiga beladiri yang dapat digunakan oleh akhwat, yakni aikido, takeda-ryu (diciptakan khusus untuk keputren/kalangan putri raja), taichi, dan thifan (menurut kabar sudah ada kelas khusus akhwat). Mayoritas beladiri tersebut lebih mementingkan kuncian dan bantingan dengan memanfaatkan tenaga lawan, sehingga tidak membutuhkan tenaga ekstra.

Karena saya anggota aikido, maka akan tulis beberapa hal yang mendasari beladiri aikido cocok untuk akhwat.

“Aikido is a non-violent form of self-defense and a discipline of mind/body awareness and integration. Aikido defense techniques consist primarily of joint locks and throws and are based on receiving the attacker with compassion and going along with the power of the attack to defeat aggression. Aikido is not a tool for “winning.” There are no matches or competitions.

” (Paul Linden. Aikido: The Way of Harmonious Energy. Aikido of Columbus Beginner’s Handbook, USA, 1996. Hlm. 2)

Ada salah satu teman yang belajar beladiri dengan tujuan sekedar untuk olahraga saja. Bagi saya, tujuan itu terlalu kerdil, tidak jauh ke depan. Setiap habis latihan, di aikido kansha selalu saya tekankan ke teman-teman bahwa berlatih beladiri adalah termasuk salah satu jihad fi sabilillah, tujuan utama adalah ridha Illahi, kemudian untuk nahi mungkar. Olahraga adalah bagian manfaat dari berlatih aikido, bukan sebagai tujuan. Maklum peserta aikido kansha sebagian besar adalah aktivis remaja masjid di kampungnya. Dakwah di kampung sering “bersinggungan secara fisik”, sehingga lebih efektif jika remaja masjid mempunyai kemampuan jasadiyah beladiri.

Balik lagi ke aikido… Aikido termasuk martial arts (seni beladiri), bukan sports (jenis olahraga), sehingga efektif dalam melumpuhkan lawan. Konsep martial arts berbeda dengan sports seperti karate, tae kwon do, pencak silat (yang tergabung dalam IPSI), dll. Sports masuk dalam jenis olah raga pertandingan, yang dikejar hanyalah poin/angka, bukan keefektifan dalam melumpuhkan lawan. Jadi beladiri yang ada pertandingannya termasuk jenis sports, bukan martial arts.

Aikido diciptakan Morihei Ueshiba (1883 – 1969) pada tahun 1920 dan diakui secara resmi pemerintah Jepang pada tahun 1940. Sebelum menciptakan aikido, O-Sensei (panggilan akrab Morihei Ueshiba) menguasai daitoryu aikijujutsu, yarijutsu, bojutsu, tantojutsu, kenjutsu dan lain sebagainya. Ilmu yang dikuasai tersebut rata-rata menyandang peringkat master (Dan 6-8). Awal mulanya aikido adalah beladiri perang yang mematikan, kemudian dibuat O-Sensei menjadi sekadar melumpuhkan, tidak membuat lawan cedera. Hal ini sesuai prinsip win-win solution pada kebiasaan ke-4 dalam 7 habits-nya Stephen Covey.

Arti aikido sendiri adalah jalan (do) untuk mencapai koordinasi atau harmoni (ai) mental energi atau spirit (ki). Seperti taichi, aikido adalah beladiri defensif, bahkan aikido sering disebut taichi-nya Jepang. Inti dari aikido adalah kuncian dan lemparan, yang keduanya merupakan serangan melumpuhkan. Tidak ada tangkisan/blok serangan lawan dalam aikido. Jika ada serangan hanya dihindari dan diikuti gerakannya, berharmoni dengan lawan, kemudian melumpuhkan dengan menggunakan tenaga lawan. Jika lawan menggunakan tenaga besar efeknya akan besar juga. Mirip prinsip katrol, dengan tenaga ringan mengangkat beban berat. Konsep inilah yang cocok untuk digunakan oleh akhwat dalam beladiri, karena tidak membutuhkan tenaga fisik yang besar dan keras. Mobilitasnya-pun hanya sedikit, tapi efektif.

Di aikido juga diajari weapon (senjata) untuk memperbaiki teknik tangan kosong, seperti tanto (pisau kayu), jo (tongkat kayu) dan buken (pedang kayu). Di dojo Kansha terkadang kita memakai pisau logam (pisau beneran), clurit, dll. Termasuk kita juga mempunyai sarung tangan tinju, target, dll. Memang dalam latihan kita juga melakukan eksplorasi beladiri lain, karena harus benar-benar siap dalam menghadapi kondisi riil yang mungkin saja musuh menguasai ilmu beladiri. Termasuk juga latihan menghadapi “keroyokan” dengan maupun tanpa senjata. Jika sudah ahli aikido, maka dalam pertarungan selama 1 jam energi yang dikeluarkan sama seperti jalan kaki 1 jam.

Ada beberapa akhwat yang dulu pernah belajar aikido di dojo UGM kemudian ingin melanjutkan melalui kelas khusus akhwat. Alhamdulillah, sekitar bulan April tahun 2007, dojo Kansha bisa memfasilitasi kelas tersebut dengan waktu latihan tiap hari sabtu dan ahad sore. Sayang disebabkan oleh komitmen yang kurang latihan hanya bertahan 1 bulan saja, kemudian bubar. Oleh karena itulah, saya termasuk beberapa pengurus aikido ikhwan dojo Kansha masih merasa ’gamang’ jika diminta membuat kelas khusus akhwat lagi. Insya Allah kita akan men-support total, jika memang akhwat yang ingin membuat kelas khusus tersebut benar-benar serius. Bukti dukungan kita adalah acara bedah beladiri muslimah (bedah buku “Menjadi Muslimah Tangguh”) yang pernah kita selenggarakan akhir bulan Juli lalu di masjid Jogokaryan. Cukup sayang juga jika aikido yang benar-benar efektif untuk akhwat tidak dipelajari kalangan kaum hawa. Target minimal kita yang ikhwan adalah mengajarkan ke istri, saudara perempuan maupun anak perempuan kita.

Bagaimana dengan akhwat??

Semoga tulisan ini bermanfaat, afwan jiddan jika ada yang salah.

Jazakumullah khairan katsiir.

Patangpuluhan, 1 Desember 2008

Arif Sulfiantono

(pendiri/ketua pertama aikido ikhwan Kansha Dojo, aktivis remaja masjid)

http://aikido-kansha.blog.friendster.com